A. Koneksi
Antar Materi
1) Kesimpulan
tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan
Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam
kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Guru sebagai pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, dapat menggunakan kerangka dari
Green dan Haines (2016) yang memetakan 7 aset utama, (modal utama). Tujuh modal
utama tersebut merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali
sumber daya yang menjadi aset sekolah. 7 (tujuh) aset tersebut dapat saling
beririsan satu sama lain dalam pemanfaatannya.
Kesimpulan tentang Pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang pemimpin yang
memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan
potensi sumber daya / aset utama daerah / sekolahnya dengan pendekatan berbasis
aset (asset based thinking), selanjutnya memanfaatkan dan memberdayakan
aset- aset tersebut seoptimal mungkin untuk mewujudkan perubahan dalam
pembelajaran yang berpihak pada murid. Hal ini selaras dengan Filosofi
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak pada
murid.
Berbekal pendekatan berbasis
asset, maka implementasi saya sebagai pemimpin pembelajaran yaitu saya harus selalu
berpikir positif, dan berusaha untuk bisa mengindentifikasi aset yang ada di
kelas, sekolah dan masyarakat sekitar. Misalnya saya sebagai Guru Pjok, akan
memanfaatkan aset murid saya yang sesuai kodrat dan zamannya anak-anak sekarang
sebagai anak yang mengerti tentang teknologi, maka pembelajaran yang saya
lakukan berbasis digital. Misalnya menggunakan sumber belajar dari internet dan
media sosial seperti Youtube, Blog, Instagram, dan Facebook. Sebagian tagihan
tugas siswa diminta dikumpulkan menggunakan digital, misalnya : poster, artikel
atau video. Siswa bebas memilih media yang disukainya.
Pembelajaran tatap muka
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar sekolah sebagai laboratorium
alam. Siswa diminta untuk melakukan wawancara dengan masyarakat yang berkaitan
dengan materi Pjok seperti wawancara dengan para tenaga kesehatan di Puskesmas
dan menjaga kesehatandi sekitar lingkungan sekolah.
Tujuh modal tersebut meliputi:
1) Modal Manusia, 2) Modal Sosial, 3) Modal Politik, 4) Modal Agama dan Budaya,
5) Modal Fisik, 6) Modal Lingkungan / Alam, dan 7) Modal Finansial. Sumber daya
manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat
penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga
diri seseorang. Modal sosial dimaknai sebagai norma dan aturan yang mengikat
warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga
unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur
yang ada di dalam komunitas / masyarakat. Modal politik tidak hanya dimaknai
sebagai sebuah aktivitas demokratis dalam tataran politik praktis tapi
merupakan kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber daya di dalam
unit sosial.
Agama merupakan suatu sistem
berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengitegrasikan perilaku
individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.
Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi
juga perilaku dan amalan. Kebudayaan merujuk pada hasil cipta dan karya manusia
yang unik, yang lahir dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta
benda. Modal budaya dijelaskan dari tiga hal, yaitu: 1) keadaan yang melekat
dan mewujud, seperti nilai dan tradisi yang dianut dan berkembang dalam masyarakat;
2) keadaan konkret hasil cipta dan karya, seperli lukisan, buku, mesin,
kerajinan tangan, dan semua benda yang dihasilkan oleh manusia sebagai bentuk
kreativitas; dan 3) sebuah bentuk yang dapat dipelajari melalui kualifikasi
akademik, yaitu sekolah.
Modal fisik terdiri atas dua
kelompok utama, yaitu: bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi
melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air,
mesin, jaln, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat
transportasi, dan lain-lain. Modal lingkungan / alam bisa berupa potensi yang
belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian
alam dan juga kenyaman hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang
bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Modal
finansial berupa dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang
dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah
komunitas.
Saya dapat
mengimplementasikannya dengan mempertimbangkan dan mendayagunakan sepenuhnya
seluruh modal aset tersebut untuk mewujudkan prakarsa perubahan yang sesuai
dengan visi sekolah. Perubahan awal sebagai pioner, saya akan memulainya di
kelas yang saya ampu, kemudian mengembangkannya di sekolah dan masyarakat
setelah tersusun pada prakarsa perubahan.
2) Hubungan
pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid
menjadi lebih berkualitas.
Pengelolaan sumber daya yang
tepat akan menjadi dasar pengelolaan pembelajaran menjadi lebih berkualitas
karena lebih menjadi tolok ukur untuk memandang masa depan. Contoh : hubungan
pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid yang
berkualitas. Bila kita sudah mampu mengindentifikasi 7 aset utama (modal
utama), yaitu modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik,
lingkungan / alam, dan finansial yang ada di sekitar lingkungan sekolah, maka
itu dapat menjadi sumber kekuatan kita untuk merencanakan pembelajaran yang
berpihak dengan murid. Misalnya kita harus tahu karakteristik murid dalam
pembelajaran, kemudian fasilitas yang ada di sekolah, lingkungan sekitar
sekolah yang bisa dijadikan sumber belajar, secara finansial mendukung pembelajaran
berlangsung dengan lancar, termasuk agama dan budaya di sekitar lingkungan.
Semua dapat kita manfaatkan sebagai sumber pembelajaran yang berpihak pada
murid (pembelajaran yang berkualitas).
3) Hubungan
dengan modul dengan modul lainnya yang Saya dapatkan sebelumnya
selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Modul 1.1 Refleksi
Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara :
Salah satu alasan mengapa kita
melakukan pendekatan berbasis aset karena kita ingin melakukan pembelajaran
berkualitas dengan memanfaatkan aset yang ada sehingga dapat tercapai
pembelajaran berpihak pada murid sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.
Modul 1.2 Nilai dan
Peran Guru Penggerak :
Salah satu peran Guru Penggerak
adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya agar kita bisa melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Dengan mengetahui 7 aset yang ada di sekitar sekolah maka kita bisa
melaksanakan peran kita sebagai Guru Penggerak.
Modul 1.3 Visi Guru
Penggerak :
Untuk mewujudkan visi Guru
Penggerak tentunya kita harus membuat pemetaan kekuatan kita yaitu 7 aset yang
ada di sekitar sekolah agar kita bisa membuat pembelajaran yang berpihak pada
murid dan mencapai visi Guru Penggerak dan sekaligus tentunya mencapai visi misi
sekolah.
Modul 1.4 Budaya
Positif:
Salah satu aset manusia adalah
murid, tentunya kita harus mengajarkan kepada semua peserta didik budaya
positif, agar bisa diamalkan dan menjadi kebiasaan yang baik, dan tentunya akan
sangat membantu tercapainya pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada
murid.
Modul
2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi
Kebutuhan Belajar Murid :
Dengan mengindentifikasi aset
yaitu murid, tentunya kita akan mengetahui karakteristik murid. Pembelajaran
berkualitas dan berpihak pada murid dapat kita lakukan melalui pembelajaran
berdiferensiasi, artinya pembelajaran dilakukan berdasarkan kebutuhan murid,
yaitu readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil
atau gaya belajar murid.
Modul 2.2
Pembelajaran Sosial Emosional:
Mengeksplorasi pentingnya
Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang
aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi
akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Mengeksplorasi konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka
kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and
emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi
Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3)
Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang
bertanggung Jawab. Mengeksploarasi pemahaman tentang konsep kesadaran penuh
(mindfullness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE).
Mengeksplorasi implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah
melalui 4 (empat) indikator, yaitu : 1) pengajaran eksplisit, 2) integrasi
dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, 3) penciptaan iklim kelas
dan budaya sekolah, dan 4) penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah.
Modul 2.3 Coaching untuk
Supervisi Akademik :
Coaching dengan
alur TIRTA, seorang guru mengajak murid menggali potensi yang dimiliki. Guru
diharapkan tidak memberikan solusi, tetapi menggali potensi murid. Murid bisa
merancang sendiri solusi yang akan diambil. Jadi kompetensi dan peran kita
sebagai seorang coach harus selalu dilatih, agar murid mampu
menjadi coachee yang baik.
Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin :
Kemampuan seorang pemimpin
pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan memengaruhi pencapaian tujuan
pendidikan. Sebab dalam perjalanannya akan berhadapan dengan situasi dilema
etika maupun bujukan moral. Guru yang memahami mekanisme pengambilan keputusan
yang baik, maka seorang guru / pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan
masalah dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah-langkah
pengambilan keputusan. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset
dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal.
Modul 3.2 Pemimpin
dalam Pengelolaan Sumber Daya :
Kemampuan seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengelola 7 aset / modal utama di daerah / sekolahnya adalah
sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing) dan bertanggung
jawab.
4) Ceritakan
pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini,
serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti
proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mempelajari modul ini,
saya tidak menyadari ekosistem sekolah dan bahwa dengan pengelolaan tujuh aset
(modal utama) dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa pada perubahan
yang dicitakan oleh sekolah. Setelah mengikuti modul dan menyadari kaitan
dengan materi-materi sebelumnya, saya lebih percaya diri untuk mengusung
perubahan untuk pembelajaran yang membuat murid bahagia.
Hubungan antara
sebelum dan sesudah saya mengikuti pelatihan terkait modul 3.2 ialah
adanya perubahan mindset atau paradigma baru dalam berfikir
dan bertindak menghadapi sesuatu hal. Jika sebelumnya mindset saya fokus pada
kekurangan atau masalah yang dihadapi, sekarang mindset saya berfokus pada
kekuatan / aset. Adapun pemikiran yang sudah berubah pada diri saya setelah
mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini yaitu mulai berfikir untuk
berkolaborasi dengan pemangku kepentingan, sebelumnya berjalan sendiri tanpa
kolaborasi.
Mulai membuat program
berdasarkan visi-misi dan kekuatan sekolah, sebelum membuat proyek / program
untuk memecahkan masalah. Mulai berfokus pada aset untuk pengembangan sumber
daya, sebelumnya fokus pada meminta / mencari bantuan orang lain. Mulai
membiasakan diri dengan pertanyaan yang memberdayakan seperti “apa yang sudah
berhasil?”, “bagaimana strategi agar membuatnya lebih berhasil?”, “apa saja
aset / kekuatan yang kita miliki?”, dan lain-lain.
B. Rancangan
tindakan
Prakarsa
Perubahan : Membudayakan Pembelajaran Pjok Berbasis
digital pada murid.
Buat rancangan
dengan model BAGJA
A. B-uat
pertanyaan (Define)
Pertanyaan
Apa yang harus saya
lakukan supaya murid terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?
Jawaban :
Pertama kali saya akan mempelajari pembelajaran berbasis digital, dengan
membuat sumber pembelajaran berupa video Youtube, Blog dan Tiktok. Selanjutnya
tagiahan tugas berupa catatn digital, laporan video praktikum.
Bagaimana cara
supaya murid terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?
Caranya dengan memberikan
sumber belajar berbasis internet, tagihan yang berupa digital.
Mengapa murid harus
terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?
Karena murid zaman sekarang
adalah zaman digital, sehingga kita harus melakukan pembelajaran berbasis
digital agar tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid.
B. A-mbil
pelajaran (Discover)
Pertanyaan
Apa saja potensi
peserta didik sehingga bisa dilaksanakan pembelajaran berbasis digital?
Jawab : Kemauan
belajar yang tinggi, fasilitas Hp yang memadai, kuota dari Pemerintah (pada
masa pandemi), sinyal bagus, dan tentunya anak zaman milenial pasti suka dengan
IT, sehingga akan tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid.
Survei apa yang
harus kita lakukan sebelum merancang pembelajaran berbasis digital?
Jawab: Jumlah
siswa yang memiliki Hp yang bisa dipakai untuk pembelajaran berbasis digital,
kemampuan dalam menggunakan aplikasi seperti canva, pic art, kemudian
menggunakan aplikasi edit video.
C. G-ali mimpi
(Dream)
Pertanyaan
Harapan apa yang
ingin diraih bila pembelajaran berbasis digital tercapai?
Jawaban :
Harapan yang akan diraih adalah semua murid mempunyai skill (keterampilan)
digital yang akan berguna pada jenjang pendidikan selanjutnya atau di tempat
kerja.
Siapa yang akan
dilibatkan dalam berkolaborasi untuk mewujudkan pembelajaran berbasis digital?
Jawabannya : Yang akan saya
ajak kolaborasi adalah Guru TIK karena pelajaran TIK sangat mendukung dengan
program pembelajaran berbasis digital.
D. J-abarkan
rencana (Design)
Langkah apa saja
yang akan dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran berbasis digital?
Jawaban: Langkah
yang akan dilakukan :
Saya sebagai guru banyak
berlatih ITSaya membuat sumber belajar digital berupa Blog: gurusiana.id.Selanjutnya saya melakukan tagihan tugas digital,
supaya murid bisa dan terampil dalam pembelajaran digital.
Apa indikator
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran berbasis digital?
Indikator keberhasilannya ialah
adanya produk karya nyata berupa laporan digital. Murid bebas memilih media
digital yang disukainya. Media berupa tulisan di blog, instagram atau video
yang di upload di Google Drive atau Youtube.
E. A-tur
eksekusi (Deliver)
Siapakah yang
terlibat dan apa perannya masing-masing dalam mewujudkan rencana ini?
Kepala sekolah sebagai pimpinan
managemen sekolah.
Guru IT yang akan mendukung
rencana ini.
Wali kelas untuk berkolaborasi
dalam melakukan tagihan.
Apa bentuk refleksi
yang dilakukan murid dalam pembelajaran berbasis digital?
Jawaban: Guru
menyediakan link jurnal refleksi model 4F atau 4P (model refleksi yang
dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway) untuk diisi oleh murid, sehingga guru
mengetahui kendala dan kesulitan murid.
Tergerak, Bergerak, Menggerakan
Guru Bergerak Indonesia Maju
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar