Salam Guru Penggerak,
Tergerak, Bergerak, Menggerakan
Guru Bergerak Indonesia Maju
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
Tergerak, Bergerak, Menggerakan
Guru Bergerak Indonesia Maju
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
A. Koneksi
Antar Materi
1) Kesimpulan
tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan
Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam
kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Guru sebagai pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, dapat menggunakan kerangka dari
Green dan Haines (2016) yang memetakan 7 aset utama, (modal utama). Tujuh modal
utama tersebut merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali
sumber daya yang menjadi aset sekolah. 7 (tujuh) aset tersebut dapat saling
beririsan satu sama lain dalam pemanfaatannya.
Kesimpulan tentang Pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang pemimpin yang
memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan
potensi sumber daya / aset utama daerah / sekolahnya dengan pendekatan berbasis
aset (asset based thinking), selanjutnya memanfaatkan dan memberdayakan
aset- aset tersebut seoptimal mungkin untuk mewujudkan perubahan dalam
pembelajaran yang berpihak pada murid. Hal ini selaras dengan Filosofi
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak pada
murid.
Berbekal pendekatan berbasis
asset, maka implementasi saya sebagai pemimpin pembelajaran yaitu saya harus selalu
berpikir positif, dan berusaha untuk bisa mengindentifikasi aset yang ada di
kelas, sekolah dan masyarakat sekitar. Misalnya saya sebagai Guru Pjok, akan
memanfaatkan aset murid saya yang sesuai kodrat dan zamannya anak-anak sekarang
sebagai anak yang mengerti tentang teknologi, maka pembelajaran yang saya
lakukan berbasis digital. Misalnya menggunakan sumber belajar dari internet dan
media sosial seperti Youtube, Blog, Instagram, dan Facebook. Sebagian tagihan
tugas siswa diminta dikumpulkan menggunakan digital, misalnya : poster, artikel
atau video. Siswa bebas memilih media yang disukainya.
Pembelajaran tatap muka
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar sekolah sebagai laboratorium
alam. Siswa diminta untuk melakukan wawancara dengan masyarakat yang berkaitan
dengan materi Pjok seperti wawancara dengan para tenaga kesehatan di Puskesmas
dan menjaga kesehatandi sekitar lingkungan sekolah.
Tujuh modal tersebut meliputi:
1) Modal Manusia, 2) Modal Sosial, 3) Modal Politik, 4) Modal Agama dan Budaya,
5) Modal Fisik, 6) Modal Lingkungan / Alam, dan 7) Modal Finansial. Sumber daya
manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat
penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga
diri seseorang. Modal sosial dimaknai sebagai norma dan aturan yang mengikat
warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga
unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur
yang ada di dalam komunitas / masyarakat. Modal politik tidak hanya dimaknai
sebagai sebuah aktivitas demokratis dalam tataran politik praktis tapi
merupakan kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber daya di dalam
unit sosial.
Agama merupakan suatu sistem
berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengitegrasikan perilaku
individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.
Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi
juga perilaku dan amalan. Kebudayaan merujuk pada hasil cipta dan karya manusia
yang unik, yang lahir dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta
benda. Modal budaya dijelaskan dari tiga hal, yaitu: 1) keadaan yang melekat
dan mewujud, seperti nilai dan tradisi yang dianut dan berkembang dalam masyarakat;
2) keadaan konkret hasil cipta dan karya, seperli lukisan, buku, mesin,
kerajinan tangan, dan semua benda yang dihasilkan oleh manusia sebagai bentuk
kreativitas; dan 3) sebuah bentuk yang dapat dipelajari melalui kualifikasi
akademik, yaitu sekolah.
Modal fisik terdiri atas dua
kelompok utama, yaitu: bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi
melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air,
mesin, jaln, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat
transportasi, dan lain-lain. Modal lingkungan / alam bisa berupa potensi yang
belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian
alam dan juga kenyaman hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang
bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Modal
finansial berupa dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang
dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah
komunitas.
Saya dapat
mengimplementasikannya dengan mempertimbangkan dan mendayagunakan sepenuhnya
seluruh modal aset tersebut untuk mewujudkan prakarsa perubahan yang sesuai
dengan visi sekolah. Perubahan awal sebagai pioner, saya akan memulainya di
kelas yang saya ampu, kemudian mengembangkannya di sekolah dan masyarakat
setelah tersusun pada prakarsa perubahan.
2) Hubungan
pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid
menjadi lebih berkualitas.
Pengelolaan sumber daya yang
tepat akan menjadi dasar pengelolaan pembelajaran menjadi lebih berkualitas
karena lebih menjadi tolok ukur untuk memandang masa depan. Contoh : hubungan
pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid yang
berkualitas. Bila kita sudah mampu mengindentifikasi 7 aset utama (modal
utama), yaitu modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik,
lingkungan / alam, dan finansial yang ada di sekitar lingkungan sekolah, maka
itu dapat menjadi sumber kekuatan kita untuk merencanakan pembelajaran yang
berpihak dengan murid. Misalnya kita harus tahu karakteristik murid dalam
pembelajaran, kemudian fasilitas yang ada di sekolah, lingkungan sekitar
sekolah yang bisa dijadikan sumber belajar, secara finansial mendukung pembelajaran
berlangsung dengan lancar, termasuk agama dan budaya di sekitar lingkungan.
Semua dapat kita manfaatkan sebagai sumber pembelajaran yang berpihak pada
murid (pembelajaran yang berkualitas).
3) Hubungan
dengan modul dengan modul lainnya yang Saya dapatkan sebelumnya
selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
Modul 1.1 Refleksi
Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara :
Salah satu alasan mengapa kita
melakukan pendekatan berbasis aset karena kita ingin melakukan pembelajaran
berkualitas dengan memanfaatkan aset yang ada sehingga dapat tercapai
pembelajaran berpihak pada murid sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.
Modul 1.2 Nilai dan
Peran Guru Penggerak :
Salah satu peran Guru Penggerak
adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya agar kita bisa melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Dengan mengetahui 7 aset yang ada di sekitar sekolah maka kita bisa
melaksanakan peran kita sebagai Guru Penggerak.
Modul 1.3 Visi Guru
Penggerak :
Untuk mewujudkan visi Guru
Penggerak tentunya kita harus membuat pemetaan kekuatan kita yaitu 7 aset yang
ada di sekitar sekolah agar kita bisa membuat pembelajaran yang berpihak pada
murid dan mencapai visi Guru Penggerak dan sekaligus tentunya mencapai visi misi
sekolah.
Modul 1.4 Budaya
Positif:
Salah satu aset manusia adalah
murid, tentunya kita harus mengajarkan kepada semua peserta didik budaya
positif, agar bisa diamalkan dan menjadi kebiasaan yang baik, dan tentunya akan
sangat membantu tercapainya pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada
murid.
Modul
2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi
Kebutuhan Belajar Murid :
Dengan mengindentifikasi aset
yaitu murid, tentunya kita akan mengetahui karakteristik murid. Pembelajaran
berkualitas dan berpihak pada murid dapat kita lakukan melalui pembelajaran
berdiferensiasi, artinya pembelajaran dilakukan berdasarkan kebutuhan murid,
yaitu readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil
atau gaya belajar murid.
Modul 2.2
Pembelajaran Sosial Emosional:
Mengeksplorasi pentingnya
Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang
aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi
akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Mengeksplorasi konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka
kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and
emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi
Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3)
Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang
bertanggung Jawab. Mengeksploarasi pemahaman tentang konsep kesadaran penuh
(mindfullness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE).
Mengeksplorasi implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah
melalui 4 (empat) indikator, yaitu : 1) pengajaran eksplisit, 2) integrasi
dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, 3) penciptaan iklim kelas
dan budaya sekolah, dan 4) penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik
dan tenaga kependidikan di sekolah.
Modul 2.3 Coaching untuk
Supervisi Akademik :
Coaching dengan
alur TIRTA, seorang guru mengajak murid menggali potensi yang dimiliki. Guru
diharapkan tidak memberikan solusi, tetapi menggali potensi murid. Murid bisa
merancang sendiri solusi yang akan diambil. Jadi kompetensi dan peran kita
sebagai seorang coach harus selalu dilatih, agar murid mampu
menjadi coachee yang baik.
Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin :
Kemampuan seorang pemimpin
pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan memengaruhi pencapaian tujuan
pendidikan. Sebab dalam perjalanannya akan berhadapan dengan situasi dilema
etika maupun bujukan moral. Guru yang memahami mekanisme pengambilan keputusan
yang baik, maka seorang guru / pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan
masalah dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah-langkah
pengambilan keputusan. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset
dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal.
Modul 3.2 Pemimpin
dalam Pengelolaan Sumber Daya :
Kemampuan seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengelola 7 aset / modal utama di daerah / sekolahnya adalah
sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing) dan bertanggung
jawab.
4) Ceritakan
pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini,
serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti
proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mempelajari modul ini,
saya tidak menyadari ekosistem sekolah dan bahwa dengan pengelolaan tujuh aset
(modal utama) dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa pada perubahan
yang dicitakan oleh sekolah. Setelah mengikuti modul dan menyadari kaitan
dengan materi-materi sebelumnya, saya lebih percaya diri untuk mengusung
perubahan untuk pembelajaran yang membuat murid bahagia.
Hubungan antara
sebelum dan sesudah saya mengikuti pelatihan terkait modul 3.2 ialah
adanya perubahan mindset atau paradigma baru dalam berfikir
dan bertindak menghadapi sesuatu hal. Jika sebelumnya mindset saya fokus pada
kekurangan atau masalah yang dihadapi, sekarang mindset saya berfokus pada
kekuatan / aset. Adapun pemikiran yang sudah berubah pada diri saya setelah
mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini yaitu mulai berfikir untuk
berkolaborasi dengan pemangku kepentingan, sebelumnya berjalan sendiri tanpa
kolaborasi.
Mulai membuat program
berdasarkan visi-misi dan kekuatan sekolah, sebelum membuat proyek / program
untuk memecahkan masalah. Mulai berfokus pada aset untuk pengembangan sumber
daya, sebelumnya fokus pada meminta / mencari bantuan orang lain. Mulai
membiasakan diri dengan pertanyaan yang memberdayakan seperti “apa yang sudah
berhasil?”, “bagaimana strategi agar membuatnya lebih berhasil?”, “apa saja
aset / kekuatan yang kita miliki?”, dan lain-lain.
B. Rancangan
tindakan
Prakarsa
Perubahan : Membudayakan Pembelajaran Pjok Berbasis
digital pada murid.
Buat rancangan
dengan model BAGJA
A. B-uat
pertanyaan (Define)
Pertanyaan
Apa yang harus saya
lakukan supaya murid terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?
Jawaban :
Pertama kali saya akan mempelajari pembelajaran berbasis digital, dengan
membuat sumber pembelajaran berupa video Youtube, Blog dan Tiktok. Selanjutnya
tagiahan tugas berupa catatn digital, laporan video praktikum.
Bagaimana cara
supaya murid terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?
Caranya dengan memberikan
sumber belajar berbasis internet, tagihan yang berupa digital.
Mengapa murid harus
terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?
Karena murid zaman sekarang
adalah zaman digital, sehingga kita harus melakukan pembelajaran berbasis
digital agar tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid.
B. A-mbil
pelajaran (Discover)
Pertanyaan
Apa saja potensi
peserta didik sehingga bisa dilaksanakan pembelajaran berbasis digital?
Jawab : Kemauan
belajar yang tinggi, fasilitas Hp yang memadai, kuota dari Pemerintah (pada
masa pandemi), sinyal bagus, dan tentunya anak zaman milenial pasti suka dengan
IT, sehingga akan tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid.
Survei apa yang
harus kita lakukan sebelum merancang pembelajaran berbasis digital?
Jawab: Jumlah
siswa yang memiliki Hp yang bisa dipakai untuk pembelajaran berbasis digital,
kemampuan dalam menggunakan aplikasi seperti canva, pic art, kemudian
menggunakan aplikasi edit video.
C. G-ali mimpi
(Dream)
Pertanyaan
Harapan apa yang
ingin diraih bila pembelajaran berbasis digital tercapai?
Jawaban :
Harapan yang akan diraih adalah semua murid mempunyai skill (keterampilan)
digital yang akan berguna pada jenjang pendidikan selanjutnya atau di tempat
kerja.
Siapa yang akan
dilibatkan dalam berkolaborasi untuk mewujudkan pembelajaran berbasis digital?
Jawabannya : Yang akan saya
ajak kolaborasi adalah Guru TIK karena pelajaran TIK sangat mendukung dengan
program pembelajaran berbasis digital.
D. J-abarkan
rencana (Design)
Langkah apa saja
yang akan dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran berbasis digital?
Jawaban: Langkah
yang akan dilakukan :
Saya sebagai guru banyak
berlatih ITSaya membuat sumber belajar digital berupa Blog: gurusiana.id.Selanjutnya saya melakukan tagihan tugas digital,
supaya murid bisa dan terampil dalam pembelajaran digital.
Apa indikator
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran berbasis digital?
Indikator keberhasilannya ialah
adanya produk karya nyata berupa laporan digital. Murid bebas memilih media
digital yang disukainya. Media berupa tulisan di blog, instagram atau video
yang di upload di Google Drive atau Youtube.
E. A-tur
eksekusi (Deliver)
Siapakah yang
terlibat dan apa perannya masing-masing dalam mewujudkan rencana ini?
Kepala sekolah sebagai pimpinan
managemen sekolah.
Guru IT yang akan mendukung
rencana ini.
Wali kelas untuk berkolaborasi
dalam melakukan tagihan.
Apa bentuk refleksi
yang dilakukan murid dalam pembelajaran berbasis digital?
Jawaban: Guru
menyediakan link jurnal refleksi model 4F atau 4P (model refleksi yang
dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway) untuk diisi oleh murid, sehingga guru
mengetahui kendala dan kesulitan murid.
Tergerak, Bergerak, Menggerakan
Guru Bergerak Indonesia Maju
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
Tergerak, Bergerak, Menggerakan
Guru Bergerak Indonesia Maju
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
Setelah mengikuti serangkaian
kegiatan pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak pada minggu ke -21,yang dimulai
pada hari selasa,17 februari 2023 sampai dengan hari sabtu, 24 februari
2023 yaitu modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya
merefleksikan hasil dari kegiatan yang saya ikuti di LMS ini dalam bentuk
jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk
mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang
telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya gunakan pada minggu ke-20 ini
adalah model 5 : Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini
dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011).
1.
Connection
Banyak hal/peristiwa yang
terjadi pada minggu ini sehingga banyak hal dan ilmu baru yang saya
dapatkan yaitu pada sesi Ruang Kolaborasi modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan
Sumber Daya sesi persentasi dilaksanakan pada hari Jumat, 17 februari 2023, Refleksi
terbimbing pada hari Minggu, 19 Mei 2023, pada hari Selasa dan kamis,21 dan 22 Februari
2023 Demonstrasi Kontekstual, pada hari Miunggu, 19 Februari menulis Jurnal
refleksi mingguan modul 3.2
Sebagai tindak lanjut dari ruang kolaborasi pertama membuat pemetaan aset Daerah, berdasarkan 7 kelompok aset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Tulunggaung meliputi ; 1). Modal Manusia, 2). Modal Sosial, 3). Modal Fisik, 4). Modal Finansial, 5). Modal Alam/Lingkungan, 6 Modal Politik dan 7) Modal Agama/ Budaya. Dalam kelompok kami oleh Fasilitator ibuk INDRAWATI KUSUMAWARDHANI, ruang kolaborasi pertama kami berdiskusi dalam BOR Google Meet yang disediakan Fasilitator kami melakukan pemetaan aset daerah yang bisa dimanfaat sekolah untuk kepentingan pembelajaran yang berpihak pada murid. Kemudian hari Senin, 20 Februari 2023 kami mempresentasikan hasil diskusi kelompok politik kami berbagi peran untuk mempresentasikan ke 7 aspek yang sudah didiskusikan kemudian menjawab merespon pertanyaan/ masukan dari kelompok lain.
Kaitan antar materi, Jika
materi dihubungkan dengan materi dua modul sebelumnya coaching dan pengambilan
keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah sebagai pemimpin
pembelajaran kaitan materi yang didapat sebagai calon guru penggerak sangat
berkaitan erat dengan proses coaching, coach memaksimalkan potensi coachee
untuk menjelaskan masalahnya dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
2. Challenge
Tentu saja banyak ide serta
materi yang saya dapatkan dalam mempelajari modul 3.2 ini yaitu salah satunya
mengetahui strategi pemberdayaan aset, yaitu berpikir berbasis aset dan bukan
berpikir berbasis masalah.
Sehingga memahami aset yang
dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung yang dapat di manfaatkan untuk
media pembelajaran di sekolah khususnya di wilayah Kabupaten Tulungagung, dan
memanfaatkan aset yang dimiliki sekolah untuk keperluan proses pembelajaran
yang berpihak pada murid dan kegiatan maupun program sekolah.
3. Concept
Konsep yang sangat penting/
utama adalah melakukan pemetaan aset sekolah berdasarkan 7 modal aset yang
meliputi ; 1). Modal Manusia, 2). Modal Sosial, 3). Modal Fisik, 4). Modal
Finansial, 5). Modal Alam/Lingkungan, 6 Modal Politik dan 7) Modal Agama/
Budaya. Dari kegiatan pemetaan ini kita dapat mengetahui dan memaksimalkan
penggunaan aset sekolah. Juga terus mengembangkan komunitas sekolah berbasis
aset menekankan pada kemandirian dari komunitas untuk menyelesaikan tantangan
yang dihadapi melalui kekuatan dan potensi yang ada dalam diri.
4. Change
Perubahan yang ingin saya
lakukan adalah mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari pada modul 3.2.
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya,sehingga merubah pola pikir yang semula
berpikir berbasis masalah menjadi berpikir berbasis aset, serta mengajak
komunitas praktisi serta rekan sejawat terutama di lembaga sekolah saya untuk
menerapkan berpikir berbasis aset karena pendekatan berbasis aset ini merupakan
sebuah cara untuk menemukan dan menggali hal-hal yang positif. Dengan
menggunakan kekuatan sebagai kekuatan berpikir. Sehingga secara bersama-sama
bahu membahu membangun sekolah tercinta dengan potensi yang dimilikinya, fokus
pada pembangunan sumber daya yang ada di sekolah dalam rangka mewujudkan
merdeka belajar.
Demikian Jurnal Refleksi Mingguan
Modul 3.2 , semoga bermanfaat.
Salam Guru Penggerak,
Tergerak, Bergerak, Menggerakan
Guru Bergerak Indonesia Maju
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
FactS (Peristiwa) Deskripsi singkat untuk Aksi
Nyata yang sudah dilakukan
Latar belakang Ibu Nani guru kelas 4 di SDN 003 Bukit PAdi Kec. Jemaja Timur Kab. Kep Anambas Pada suatu pagi, Ibu Nani mengajar dan memulai aktivitas pembelajaran. fahri adalah seorang ketua kelas. Ketika pembelajaran berlangsung selama 1 jam, tiba-tiba teman-temannya bercanda di kelas dan berisik sehingga mengganggu teman-teman lainnya yang sedang menyelesaikan tugas, Fahri langsung membentak dan memarahi mereka. Hal ini membuat teman-teman yang lain menjadi takut dan tidak senang kepada Fahri, padahal Fahri hanya melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas. Sedangkan disisi lain Fahri sudah melakukan nilai kebajikan dengan bertanggung jawab terhadap tugasnya yaitu sebagai ketua kelas. Apa yang harus dilakukan Ibu nani dalam pengambilan keputusan ini?
Tujuan tolak ukur Mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam membantu memutuskan masalah yang dialami murid. Dihasilkan keputusan yang cermat dan tidak merugikan pihak manapun. Keputusan mesti berpihak pada murid selaku warga sekolah
LINIMASA Individu lawan kelompok (individual vs community) PARADIGMA PRINSIP 9 LANGKAH Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Keputusan yang diambil haruslah tepat dan bijaksana dan berpihak pada murid selaku seorang pemimpin dalam pembelajaran
FEELINGS (PERASAAN) Saya merasa senang dan termotivasi dari pembelajaran modul ini. Semoga dari pembelajaran modul ini dapat mendorong saya dalam mengambil keputusan yang bijak selaku pemimpin pembelajaran.
FINDINGS (PEMBELAJARAN) Saya merasa senang telah berhasil melaksanakan langkah-langkah pengambilan keputusan bersama dengan murid untuk mengatasi permasalahan dilema etika yang terjadi di kelas saya. Saya juga sangat bersemangat melihat respon murid antusias untuk melaksanakan kesepakatan yang dibuat sesuai dengan keyakinan kelas.
9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan Nilai-nilai yang saling bertentangan yaitu nilai tanggung jawab dan nilai kesabaran 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini Yang terlibat dalam situasi ini yaitu guru dan murid.
9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini Fahri atau ketua kelas bertanggung jawab atas tugasnya Teman-teman Fahri bercanda di kelas dan berisik sehingga mengganggu teman-teman lainnya yang sedang menyelesaikan tugas Fahri langsung membentak dan memarahi mereka Hal ini membuat teman-teman yang lain menjadi takut dan tidak senang kepada Fahri
9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan Uji Legal Kasus ini tidak ada aspek pelanggaran hukum 4. Pengujian Benar atau Salah Uji Regulasi Kasus ini tidak ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya
9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan Saya akan tetap merasa nyaman karena Fahri sudah menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, serta sudah terbentuknya kepemimpinan murid Uji Publikasi 4. Pengujian Benar atau Salah Uji Intuisi Ada yang salah dalam situasi ini seharusnya Fahri dapat memberi nasihat atau teguran halus tanpa membentak atau memarahi temannya.
9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar Paradigma yang terjadi pada situasi ini adalah Individu lawan kelompok (individual vs community).
9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan Memberikan nasehat agar lebih sabar dan memberikan apresiasi apa yang telah firman lakukan sera mengingatkan kepada seluruh murid tentang keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama. 6. Melakukan Prinsip Resolusi 7. Investigasi Opsi Trilema Prinsip yang digunakan adalah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) .
9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Sampai saat ini Fahri selalu bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya dan mulai sabar dan tenang dalam menghadapi masalah yang ada di kelas.
FUTURES (PENERAPAN) Proses pengambilan keputusan yang telah saya lakukan di sekolah mungkin belum sempurna. Untuk kedepan jika menemui kasus dilema etika lagi, saya beserta pihak sekolah akan terus menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan lebih baik lagi sehingga mampu menganalisa setiap kasus dilema etika yeng terjadi di sekolah untuk menghasilkan keputusan yang lebih bijak serta berpihak kepada murid.
Salam Edwin kurniadi guru penggerak Angkatan 6 sdn 003 bukit padi kecamatan jemaja timur kabupaten kepulauan anambas prov. Kepulauan riau. tahun 2022
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
Bagaimana jika kasus dilema etika yang kita alami tidak bisa
dimasukkan ke 4 paradigma pengambilan keputusan? Apakah bisa membuat paradigma
pengambilan keputusan diluar 4 paradigma tersebut?
Apakah pengambilan keputusan hanya berdasar pada ketiga
prinsip ini? bolehkah kalo membuat prinsip pengambilan keputusan yang baru?
Apakah ke 9 langkah
harus dilaksanakan secara urut?
Bagaimana kalau ada
langkah yang terlewati, apakah hasil keputusannya bisa dipertanggungjawabkan?
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022.
SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.
1.Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi
Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Menurut saya pengaruh pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan
filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang
pemimpin pembelajaran adalah ketika guru mampu menyadari bahwa dalam lingkungan
sekolah sering kali kita dihadapkan pada berbagai dilema etika dan bujukan
moral. Berdasarkan keradaan tersebutlah maka guru harus memiliki kompetensi dan
peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari Ki Hadjar Dewantara dengan
cara menjadi sosok yang dapat menjadi teladan yang positif, motivator,
fasilitator dan mampu membentuk karakter positif kepada murid untuk mewujudkan
profil Pelajar Pancasila. Dalam pengambilan keputusan guru juga dapat
menggunakan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita,
berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu
keputusan?
Menurut saya bahwa nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita
akan berpengaruh pada prinsip-prinsip yang akan kita ambil nantinya dalam
pengujian dan pengambilan keputusan. Pada proses pengambilan keputusan, kita
mengenal tiga prinsip yang meliputi: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai-nilai yang
tertanam dalam diri kita. Guru dalam memberikan pelayanan dan pembelajaran juga
harus memiliki rasa empati terhadap murid agar murid memiliki rasa terbuka dan
berminat terhadap pembelajaran yang kita berikan, hal ini merupakan salah satu
prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada
materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah
pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah
dibahas pada modul 2 sebelumnya. Menurut saya mengenai kaitannya antara
pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching sangat efektif, karena
dengan mempelajari materi coaching kita dapat mempelajari cara
berkomunikasi yang memberdayakan (asertif), teknik mindfullnes, dan
coaching model TIRTA. Artinya, dengan kemampuan dalam menerapkan coaching untuk
membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh murid atau komunitas
praktisi di sekolah merupakan cara dalam pengambilan keputusan ketika
dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral. Selain itu dalam pengambilan
keputusan juga menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian
dan pengambilan keputusan bersama murid atau komunitas praktisi di sekolah.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Menurut saya bahwa dasar pengambilan keputusan adalah
nilai-nilai kebajikan yang tidak bertentangan dengan dilema etika atau bujukan
moral. Dalam proses mengelola aspek sosial dan emosional dalam pengambilan
keputusan maka diperlukan teknik mindfullnes atau kesadaran penuh, hadir
sepenuhnya dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran
sosial emosional. Ketika guru mampu menerapkan mindfullnes yang didalamnya
juga terdapat nilai-nilai kebajikan, maka dalam pengambilan keputusan akan
berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah
moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Menurut saya sebagai seorang pendidik tentunya kita akan
dihadapkan pada situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah.
Penanganan masalah pada studi kasus yang telah di sediakan memberikan contoh
dan praktik secara langsung merupakan masalah yang sering kita jumpai di
sekolah baik yang dialami oleh murid maupun guru dalam proses berinteraksi di
sekolah. Adanya teknik 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan
pengambilan keputusan akan memberikan rambu-rambu dalam penyelesaian dilema
etika atau bujukan moral yang dihadapi.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.
Menurut saya dalam pengambilan keputusan memiliki arti yang
penting bagi berkembangkan sebuah organisasi atau satuan pendidikan. Pada
pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap
organisasi atau lembaga ke arah yang lebih baik, berkembang dan mampu
mewujudkan visi dan misi yang telah disusun. Namun jika dalam pengambilan
keputusan terjadi kesalahan, maka akan berdampak buruk bagi organisasi atau
lembaga tersebut, sehingga dalam melakukan pengambilan keputusan harus
berpedoman pada paradigma, prinsip dan 9 langkah dalam proses pengujian dan
pengambilan keputusan.
7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan
Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Menurut saya perubahan tidak dapat dibangun secara singkat,
namun ada proses yang harus dilalui dan dikerjakan agar terwujud. Perlu adanya
sosialisasi dan komunikasi secara persuasif secara terus-menerus agar
lingkungan yang masih menggunakan paradigma lama akan memiliki pemahaman baru
dan mampu beradaptasi dengan adanya perubahan. Pengambilan keputusan atas
adanya perubahan maka perlu dilakukan dari hal kecil agar menjadi kebiasaan dan
budaya positif dalam lingkungan tersebut. Dengan berdasarkan pada visi dan misi
serta tujuan sekolah, maka akan mencapai perubahan yang dapat diterima oleh
lingkungan atau warga sekolah.
8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Menurut saya hal itu memiliki pengaruh, karena kita sebagai
pemimpin pembelajaran tentunya sudah memahami pokok-pokok atas perubahan yang
salah satunya pembelajaran berpihak pada murid, sehingga seorang pemimpin
pembelajaran dalam melakukan pengambilan keputusan mampu memfasilitasi dan
memerdekakan murid dalam proses pembelajaran di sekolah.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil
keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Menurut saya, sebagai seorang guru yang selalu memberikan
bantuan pembelajaran dan pelayanan konseling kepada murid akan selalu
memperhatikan rencana jangka panjang yang akan dihadapi seorang murid ketika
terjun ke masyarakat, sehingga guru harus menjadi motivator, coach dan pengaruh
yang baik kepada murid agar mampu beradaptasi dan memiliki kemandirian dalam
mengambil keputusan.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat diambil dari modul yang sudah saya
pelajar ini dan kaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa sebagai
guru yang merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan komunitas praktisi di
lingkungan sekolah maka diharapkan mampu memiliki sikap among berdasarkan
Pratap Triloka yang dapat membantu murid dalam tumbuh kembang dan menjadi
modelling bagi lingkungannya. Selain itu, kemampuan guru dalam pengambilan
keputusan didasari oleh kemampuannya dalam melaksanakan coaching, sehingga pengambilan
keputusan yang diperoleh memberikan dampak positif bagi murid dan sekolah.
Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi
by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.