Senin, 27 Februari 2023

3.2.a.9. Aksi Nyata - Modul 3.2




 Salam Guru Penggerak,

Tergerak, Bergerak, Menggerakan

Guru Bergerak Indonesia Maju

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi 

by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.

Kamis, 23 Februari 2023

3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2

 


A. Koneksi Antar Materi

1) Kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, dapat menggunakan kerangka dari Green dan Haines (2016) yang memetakan 7 aset utama, (modal utama). Tujuh modal utama tersebut merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah. 7 (tujuh) aset tersebut dapat saling beririsan satu sama lain dalam pemanfaatannya.

Kesimpulan tentang Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya / aset utama daerah / sekolahnya dengan pendekatan berbasis aset (asset based thinking), selanjutnya memanfaatkan dan memberdayakan aset- aset tersebut seoptimal mungkin untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. Hal ini selaras dengan Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak pada murid.

Berbekal pendekatan berbasis asset, maka implementasi saya sebagai pemimpin pembelajaran yaitu saya harus selalu berpikir positif, dan berusaha untuk bisa mengindentifikasi aset yang ada di kelas, sekolah dan masyarakat sekitar. Misalnya saya sebagai Guru Pjok, akan memanfaatkan aset murid saya yang sesuai kodrat dan zamannya anak-anak sekarang sebagai anak yang mengerti tentang teknologi, maka pembelajaran yang saya lakukan berbasis digital. Misalnya menggunakan sumber belajar dari internet dan media sosial seperti Youtube, Blog, Instagram, dan Facebook. Sebagian tagihan tugas siswa diminta dikumpulkan menggunakan digital, misalnya : poster, artikel atau video. Siswa bebas memilih media yang disukainya.

Pembelajaran tatap muka memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar sekolah sebagai laboratorium alam. Siswa diminta untuk melakukan wawancara dengan masyarakat yang berkaitan dengan materi Pjok seperti wawancara dengan para tenaga kesehatan di Puskesmas dan menjaga kesehatandi sekitar lingkungan sekolah.

Tujuh modal tersebut meliputi: 1) Modal Manusia, 2) Modal Sosial, 3) Modal Politik, 4) Modal Agama dan Budaya, 5) Modal Fisik, 6) Modal Lingkungan / Alam, dan 7) Modal Finansial. Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang. Modal sosial dimaknai sebagai norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas / masyarakat. Modal politik tidak hanya dimaknai sebagai sebuah aktivitas demokratis dalam tataran politik praktis tapi merupakan kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber daya di dalam unit sosial.

Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengitegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku dan amalan. Kebudayaan merujuk pada hasil cipta dan karya manusia yang unik, yang lahir dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta benda. Modal budaya dijelaskan dari tiga hal, yaitu: 1) keadaan yang melekat dan mewujud, seperti nilai dan tradisi yang dianut dan berkembang dalam masyarakat; 2) keadaan konkret hasil cipta dan karya, seperli lukisan, buku, mesin, kerajinan tangan, dan semua benda yang dihasilkan oleh manusia sebagai bentuk kreativitas; dan 3) sebuah bentuk yang dapat dipelajari melalui kualifikasi akademik, yaitu sekolah.

Modal fisik terdiri atas dua kelompok utama, yaitu: bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan. Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jaln, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain. Modal lingkungan / alam bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyaman hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Modal finansial berupa dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.

Saya dapat mengimplementasikannya dengan mempertimbangkan dan mendayagunakan sepenuhnya seluruh modal aset tersebut untuk mewujudkan prakarsa perubahan yang sesuai dengan visi sekolah. Perubahan awal sebagai pioner, saya akan memulainya di kelas yang saya ampu, kemudian mengembangkannya di sekolah dan masyarakat setelah tersusun pada prakarsa perubahan.

2) Hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan menjadi dasar pengelolaan pembelajaran menjadi lebih berkualitas karena lebih menjadi tolok ukur untuk memandang masa depan. Contoh : hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid yang berkualitas. Bila kita sudah mampu mengindentifikasi 7 aset utama (modal utama), yaitu modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan / alam, dan finansial yang ada di sekitar lingkungan sekolah, maka itu dapat menjadi sumber kekuatan kita untuk merencanakan pembelajaran yang berpihak dengan murid. Misalnya kita harus tahu karakteristik murid dalam pembelajaran, kemudian fasilitas yang ada di sekolah, lingkungan sekitar sekolah yang bisa dijadikan sumber belajar, secara finansial mendukung pembelajaran berlangsung dengan lancar, termasuk agama dan budaya di sekitar lingkungan. Semua dapat kita manfaatkan sebagai sumber pembelajaran yang berpihak pada murid (pembelajaran yang berkualitas).

3) Hubungan dengan modul dengan modul lainnya yang Saya dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara :

Salah satu alasan mengapa kita melakukan pendekatan berbasis aset karena kita ingin melakukan pembelajaran berkualitas dengan memanfaatkan aset yang ada sehingga dapat tercapai pembelajaran berpihak pada murid sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak :

Salah satu peran Guru Penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini pemimpin dalam pengelolaan sumber daya agar kita bisa melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan mengetahui 7 aset yang ada di sekitar sekolah maka kita bisa melaksanakan peran kita sebagai Guru Penggerak.

 

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak :

Untuk mewujudkan visi Guru Penggerak tentunya kita harus membuat pemetaan kekuatan kita yaitu 7 aset yang ada di sekitar sekolah agar kita bisa membuat pembelajaran yang berpihak pada murid dan mencapai visi Guru Penggerak dan sekaligus tentunya mencapai visi misi sekolah.

Modul 1.4 Budaya Positif:

Salah satu aset manusia adalah murid, tentunya kita harus mengajarkan kepada semua peserta didik budaya positif, agar bisa diamalkan dan menjadi kebiasaan yang baik, dan tentunya akan sangat membantu tercapainya pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid.

Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid :

Dengan mengindentifikasi aset yaitu murid, tentunya kita akan mengetahui karakteristik murid. Pembelajaran berkualitas dan berpihak pada murid dapat kita lakukan melalui pembelajaran berdiferensiasi, artinya pembelajaran dilakukan berdasarkan kebutuhan murid, yaitu readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil atau gaya belajar murid.

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional:

Mengeksplorasi pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Mengeksplorasi konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab. Mengeksploarasi pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfullness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE). Mengeksplorasi implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 (empat) indikator, yaitu : 1) pengajaran eksplisit, 2) integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, 3) penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan 4) penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.

 

Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik :

Coaching dengan alur TIRTA, seorang guru mengajak murid menggali potensi yang dimiliki. Guru diharapkan tidak memberikan solusi, tetapi menggali potensi murid. Murid bisa merancang sendiri solusi yang akan diambil. Jadi kompetensi dan peran kita sebagai seorang coach harus selalu dilatih, agar murid mampu menjadi coachee yang baik.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin :

Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan memengaruhi pencapaian tujuan pendidikan. Sebab dalam perjalanannya akan berhadapan dengan situasi dilema etika maupun bujukan moral. Guru yang memahami mekanisme pengambilan keputusan yang baik, maka seorang guru / pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal.

Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya :

Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola 7 aset / modal utama di daerah / sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing) dan bertanggung jawab.

4) Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul ini, saya tidak menyadari ekosistem sekolah dan bahwa dengan pengelolaan tujuh aset (modal utama) dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa pada perubahan yang dicitakan oleh sekolah. Setelah mengikuti modul dan menyadari kaitan dengan materi-materi sebelumnya, saya lebih percaya diri untuk mengusung perubahan untuk pembelajaran yang membuat murid bahagia.

Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti pelatihan terkait modul 3.2 ialah adanya perubahan mindset atau paradigma baru dalam berfikir dan bertindak menghadapi sesuatu hal. Jika sebelumnya mindset saya fokus pada kekurangan atau masalah yang dihadapi, sekarang mindset saya berfokus pada kekuatan / aset. Adapun pemikiran yang sudah berubah pada diri saya setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini yaitu mulai berfikir untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan, sebelumnya berjalan sendiri tanpa kolaborasi.

Mulai membuat program berdasarkan visi-misi dan kekuatan sekolah, sebelum membuat proyek / program untuk memecahkan masalah. Mulai berfokus pada aset untuk pengembangan sumber daya, sebelumnya fokus pada meminta / mencari bantuan orang lain. Mulai membiasakan diri dengan pertanyaan yang memberdayakan seperti “apa yang sudah berhasil?”, “bagaimana strategi agar membuatnya lebih berhasil?”, “apa saja aset / kekuatan yang kita miliki?”, dan lain-lain.

B. Rancangan tindakan

Prakarsa Perubahan Membudayakan Pembelajaran Pjok Berbasis digital pada murid.

Buat rancangan dengan model BAGJA

A. B-uat pertanyaan (Define)

Pertanyaan

Apa yang harus saya lakukan supaya murid terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?

Jawaban : Pertama kali saya akan mempelajari pembelajaran berbasis digital, dengan membuat sumber pembelajaran berupa video Youtube, Blog dan Tiktok. Selanjutnya tagiahan tugas berupa catatn digital, laporan video praktikum.

Bagaimana cara supaya murid terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?

Caranya dengan memberikan sumber belajar berbasis internet, tagihan yang berupa digital.

 

 

Mengapa murid harus terbiasa dengan pembelajaran berbasis digital?

Karena murid zaman sekarang adalah zaman digital, sehingga kita harus melakukan pembelajaran berbasis digital agar tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid.

B. A-mbil pelajaran (Discover)

Pertanyaan

Apa saja potensi peserta didik sehingga bisa dilaksanakan pembelajaran berbasis digital?

Jawab : Kemauan belajar yang tinggi, fasilitas Hp yang memadai, kuota dari Pemerintah (pada masa pandemi), sinyal bagus, dan tentunya anak zaman milenial pasti suka dengan IT, sehingga akan tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid.

Survei apa yang harus kita lakukan sebelum merancang pembelajaran berbasis digital?

Jawab: Jumlah siswa yang memiliki Hp yang bisa dipakai untuk pembelajaran berbasis digital, kemampuan dalam menggunakan aplikasi seperti canva, pic art, kemudian menggunakan aplikasi edit video.

C. G-ali mimpi (Dream)

Pertanyaan

Harapan apa yang ingin diraih bila pembelajaran berbasis digital tercapai?

Jawaban : Harapan yang akan diraih adalah semua murid mempunyai skill (keterampilan) digital yang akan berguna pada jenjang pendidikan selanjutnya atau di tempat kerja.

Siapa yang akan dilibatkan dalam berkolaborasi untuk mewujudkan pembelajaran berbasis digital?

Jawabannya : Yang akan saya ajak kolaborasi adalah Guru TIK karena pelajaran TIK sangat mendukung dengan program pembelajaran berbasis digital.

D. J-abarkan rencana (Design)

Langkah apa saja yang akan dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran berbasis digital?

Jawaban: Langkah yang akan dilakukan :

Saya sebagai guru banyak berlatih ITSaya membuat sumber belajar digital berupa Blog: gurusiana.id.Selanjutnya saya melakukan tagihan tugas digital, supaya murid bisa dan terampil dalam pembelajaran digital.

Apa indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran berbasis digital?

Indikator keberhasilannya ialah adanya produk karya nyata berupa laporan digital. Murid bebas memilih media digital yang disukainya. Media berupa tulisan di blog, instagram atau video yang di upload di Google Drive atau Youtube.

E. A-tur eksekusi (Deliver)

Siapakah yang terlibat dan apa perannya masing-masing dalam mewujudkan rencana ini?

Kepala sekolah sebagai pimpinan managemen sekolah.

Guru IT yang akan mendukung rencana ini.

Wali kelas untuk berkolaborasi dalam melakukan tagihan.

Apa bentuk refleksi yang dilakukan murid dalam pembelajaran berbasis digital?

Jawaban: Guru menyediakan link jurnal refleksi model 4F atau 4P (model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway) untuk diisi oleh murid, sehingga guru mengetahui kendala dan kesulitan murid.

 Salam Guru Penggerak,

Tergerak, Bergerak, Menggerakan

Guru Bergerak Indonesia Maju

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi 

by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.

3.2.a.6 Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2


 Salam Guru Penggerak,

Tergerak, Bergerak, Menggerakan

Guru Bergerak Indonesia Maju

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi 

by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.

Rabu, 15 Februari 2023

Jurnal Refleksi Mingguan Modul 3.2

 


Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak pada minggu ke -21,yang dimulai pada hari selasa,17 februari 2023 sampai  dengan hari sabtu, 24 februari 2023 yaitu modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya merefleksikan hasil dari kegiatan yang saya ikuti di LMS ini dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya gunakan pada minggu ke-20 ini adalah model 5 : Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011).

1.      Connection

Banyak hal/peristiwa yang terjadi pada minggu ini sehingga  banyak hal dan ilmu baru yang saya dapatkan yaitu pada sesi Ruang Kolaborasi modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya sesi persentasi dilaksanakan pada hari Jumat, 17 februari 2023, Refleksi terbimbing pada hari Minggu, 19 Mei 2023, pada hari Selasa dan kamis,21 dan 22 Februari 2023 Demonstrasi Kontekstual, pada hari Miunggu, 19 Februari menulis Jurnal refleksi mingguan modul 3.2

Sebagai tindak lanjut dari ruang kolaborasi pertama membuat pemetaan aset Daerah, berdasarkan 7 kelompok aset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Tulunggaung meliputi ; 1). Modal Manusia, 2). Modal Sosial, 3). Modal Fisik, 4). Modal Finansial, 5). Modal Alam/Lingkungan, 6 Modal Politik dan 7) Modal Agama/ Budaya. Dalam kelompok kami oleh Fasilitator ibuk INDRAWATI KUSUMAWARDHANI, ruang kolaborasi pertama kami berdiskusi dalam BOR Google Meet yang disediakan Fasilitator kami melakukan pemetaan aset daerah yang bisa dimanfaat sekolah untuk kepentingan pembelajaran yang berpihak pada murid. Kemudian hari Senin, 20 Februari 2023 kami mempresentasikan hasil diskusi kelompok politik kami berbagi peran untuk mempresentasikan ke 7 aspek yang sudah didiskusikan kemudian menjawab  merespon pertanyaan/ masukan  dari kelompok lain.

Kaitan antar materi, Jika materi dihubungkan dengan materi dua modul sebelumnya coaching dan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah sebagai pemimpin pembelajaran kaitan materi yang didapat sebagai calon guru penggerak sangat berkaitan erat dengan proses coaching, coach memaksimalkan potensi coachee untuk menjelaskan masalahnya dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

2.      Challenge

Tentu saja banyak ide serta materi yang saya dapatkan dalam mempelajari modul 3.2 ini yaitu salah satunya mengetahui strategi pemberdayaan aset, yaitu berpikir berbasis aset dan bukan berpikir berbasis masalah.

Sehingga memahami aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung yang dapat di manfaatkan untuk media pembelajaran di sekolah khususnya di wilayah Kabupaten Tulungagung, dan memanfaatkan aset yang dimiliki sekolah untuk keperluan proses pembelajaran yang berpihak pada murid dan kegiatan maupun program sekolah.

3.      Concept

Konsep yang sangat penting/ utama adalah melakukan pemetaan aset sekolah berdasarkan 7 modal aset yang meliputi ; 1). Modal Manusia, 2). Modal Sosial, 3). Modal Fisik, 4). Modal Finansial, 5). Modal Alam/Lingkungan, 6 Modal Politik dan 7) Modal Agama/ Budaya. Dari kegiatan pemetaan ini kita dapat mengetahui dan memaksimalkan penggunaan aset sekolah. Juga terus mengembangkan komunitas sekolah berbasis aset menekankan pada kemandirian dari komunitas untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi melalui kekuatan dan potensi yang ada dalam diri.

4.      Change

Perubahan yang ingin saya lakukan adalah mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari pada modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya,sehingga merubah pola pikir yang semula berpikir berbasis masalah menjadi berpikir berbasis aset, serta mengajak komunitas praktisi serta rekan sejawat terutama di lembaga sekolah saya untuk menerapkan berpikir berbasis aset karena pendekatan berbasis aset ini merupakan sebuah cara untuk menemukan dan menggali hal-hal yang positif. Dengan menggunakan kekuatan sebagai kekuatan berpikir. Sehingga secara bersama-sama bahu membahu membangun sekolah tercinta dengan potensi yang dimilikinya, fokus pada pembangunan sumber daya yang ada di sekolah dalam rangka mewujudkan merdeka belajar.

Demikian Jurnal Refleksi Mingguan Modul 3.2 , semoga bermanfaat.

Salam Guru Penggerak,

Tergerak, Bergerak, Menggerakan

Guru Bergerak Indonesia Maju

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi 

by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.

Minggu, 12 Februari 2023

3.1.a.9. Aksi Nyata - Modul 3.1

 



FactS (Peristiwa) Deskripsi singkat untuk Aksi Nyata yang sudah dilakukan

Latar belakang Ibu Nani guru kelas 4 di SDN 003 Bukit PAdi Kec. Jemaja Timur Kab. Kep Anambas Pada suatu pagi, Ibu Nani mengajar dan memulai aktivitas pembelajaran. fahri adalah seorang ketua kelas. Ketika pembelajaran berlangsung selama 1 jam, tiba-tiba teman-temannya bercanda di kelas dan berisik sehingga mengganggu teman-teman lainnya yang sedang menyelesaikan tugas, Fahri langsung membentak dan memarahi mereka. Hal ini membuat teman-teman yang lain menjadi takut dan tidak senang kepada Fahri, padahal Fahri hanya melaksanakan tugasnya sebagai ketua kelas. Sedangkan disisi lain Fahri sudah melakukan nilai kebajikan dengan bertanggung jawab terhadap tugasnya yaitu sebagai ketua kelas. Apa yang harus dilakukan Ibu nani dalam pengambilan keputusan ini?

Tujuan tolak ukur Mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam membantu memutuskan masalah yang dialami murid. Dihasilkan keputusan yang cermat dan tidak merugikan pihak manapun. Keputusan mesti berpihak pada murid selaku warga sekolah

LINIMASA Individu lawan kelompok (individual vs community) PARADIGMA PRINSIP 9 LANGKAH Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Keputusan yang diambil haruslah tepat dan bijaksana dan berpihak pada murid selaku seorang pemimpin dalam pembelajaran

FEELINGS (PERASAAN) Saya merasa senang dan termotivasi dari pembelajaran modul ini. Semoga dari pembelajaran modul ini dapat mendorong saya dalam mengambil keputusan yang bijak selaku pemimpin pembelajaran.

FINDINGS (PEMBELAJARAN) Saya merasa senang telah berhasil melaksanakan langkah-langkah pengambilan keputusan bersama dengan murid untuk mengatasi permasalahan dilema etika yang terjadi di kelas saya. Saya juga sangat bersemangat melihat respon murid antusias untuk melaksanakan kesepakatan yang dibuat sesuai dengan keyakinan kelas.

9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan Nilai-nilai yang saling bertentangan yaitu nilai tanggung jawab dan nilai kesabaran 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini Yang terlibat dalam situasi ini yaitu guru dan murid.

9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini Fahri atau ketua kelas bertanggung jawab atas tugasnya Teman-teman Fahri bercanda di kelas dan berisik sehingga mengganggu teman-teman lainnya yang sedang menyelesaikan tugas Fahri langsung membentak dan memarahi mereka Hal ini membuat teman-teman yang lain menjadi takut dan tidak senang kepada Fahri

9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan Uji Legal Kasus ini tidak ada aspek pelanggaran hukum 4. Pengujian Benar atau Salah Uji Regulasi Kasus ini tidak ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya

9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan Saya akan tetap merasa nyaman karena Fahri sudah menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, serta sudah terbentuknya kepemimpinan murid Uji Publikasi 4. Pengujian Benar atau Salah Uji Intuisi Ada yang salah dalam situasi ini seharusnya Fahri dapat memberi nasihat atau teguran halus tanpa membentak atau memarahi temannya.

9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar Paradigma yang terjadi pada situasi ini adalah Individu lawan kelompok (individual vs community).

9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan Memberikan nasehat agar lebih sabar dan memberikan apresiasi apa yang telah firman lakukan sera mengingatkan kepada seluruh murid tentang keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama. 6. Melakukan Prinsip Resolusi 7. Investigasi Opsi Trilema Prinsip yang digunakan adalah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) .

 9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 8. Buat Keputusan Dengan menasehati Fahri agar tidak membentak atau memarahi temannya ketika temannya berisik di saat pembelajaran tetapi dapat dengan menegur secara halus, mencatat di buku laporan atau mengurangi point temannya. Sekaligus memberikan apresiasi kepada Fahri atas tanggung jawab yang sudah dilaksanakan dengan baik.

9 langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan 9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Sampai saat ini Fahri selalu bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya dan mulai sabar dan tenang dalam menghadapi masalah yang ada di kelas.

FUTURES (PENERAPAN) Proses pengambilan keputusan yang telah saya lakukan di sekolah mungkin belum sempurna. Untuk kedepan jika menemui kasus dilema etika lagi, saya beserta pihak sekolah akan terus menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan lebih baik lagi sehingga mampu menganalisa setiap kasus dilema etika yeng terjadi di sekolah untuk menghasilkan keputusan yang lebih bijak serta berpihak kepada murid.

Salam Edwin kurniadi guru penggerak Angkatan 6 sdn 003 bukit padi kecamatan jemaja timur kabupaten kepulauan anambas prov. Kepulauan riau. tahun 2022

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi 

by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.


Senin, 06 Februari 2023

3.1.a.7. Elaborasi Pemahaman - Modul 3.1

 


Bagaimana jika kasus dilema etika yang kita alami tidak bisa dimasukkan ke 4 paradigma pengambilan keputusan? Apakah bisa membuat paradigma pengambilan keputusan diluar 4 paradigma tersebut?

Apakah pengambilan keputusan hanya berdasar pada ketiga prinsip ini? bolehkah kalo membuat prinsip pengambilan keputusan yang baru?

Apakah ke 9 langkah harus dilaksanakan secara urut? 

Bagaimana kalau ada langkah yang terlewati, apakah hasil keputusannya bisa dipertanggungjawabkan?

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022.

SDN 003 Bukit Padi 

by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.

Modul 3.1.a.8.1 blog rangkuman Koneksi Antar Materi

 


1.Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut saya pengaruh pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah ketika guru mampu menyadari bahwa dalam lingkungan sekolah sering kali kita dihadapkan pada berbagai dilema etika dan bujukan moral. Berdasarkan keradaan tersebutlah maka guru harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari Ki Hadjar Dewantara dengan cara menjadi sosok yang dapat menjadi teladan yang positif, motivator, fasilitator dan mampu membentuk karakter positif kepada murid untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Dalam pengambilan keputusan guru juga dapat menggunakan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Menurut saya bahwa nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan berpengaruh pada prinsip-prinsip yang akan kita ambil nantinya dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pada proses pengambilan keputusan, kita mengenal tiga prinsip yang meliputi: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Guru dalam memberikan pelayanan dan pembelajaran juga harus memiliki rasa empati terhadap murid agar murid memiliki rasa terbuka dan berminat terhadap pembelajaran yang kita berikan, hal ini merupakan salah satu prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita terutama dalam pengujian pengambilan  keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan  dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. Menurut saya mengenai kaitannya antara pengambilan keputusan dengan kegiatan coaching sangat efektif, karena dengan mempelajari materi coaching kita dapat mempelajari cara berkomunikasi yang memberdayakan (asertif), teknik mindfullnes, dan coaching model TIRTA. Artinya, dengan kemampuan dalam menerapkan coaching untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh murid atau komunitas praktisi di sekolah merupakan cara dalam pengambilan keputusan ketika dihadapkan pada dilema etika dan bujukan moral. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan bersama murid atau komunitas praktisi di sekolah.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Menurut saya bahwa dasar pengambilan keputusan adalah nilai-nilai kebajikan yang tidak bertentangan dengan dilema etika atau bujukan moral. Dalam proses mengelola aspek sosial dan emosional dalam pengambilan keputusan maka diperlukan teknik mindfullnes atau kesadaran penuh, hadir sepenuhnya dalam masalah yang dialami dan mampu memahami tujuan pembelajaran sosial emosional. Ketika guru mampu menerapkan mindfullnes yang didalamnya juga terdapat nilai-nilai kebajikan, maka dalam pengambilan keputusan akan berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Menurut saya sebagai seorang pendidik tentunya kita akan dihadapkan pada situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Penanganan masalah pada studi kasus yang telah di sediakan memberikan contoh dan praktik secara langsung merupakan masalah yang sering kita jumpai di sekolah baik yang dialami oleh murid maupun guru dalam proses berinteraksi di sekolah. Adanya teknik 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan memberikan rambu-rambu dalam penyelesaian dilema etika atau bujukan moral yang dihadapi.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

Menurut saya dalam pengambilan keputusan memiliki arti yang penting bagi berkembangkan sebuah organisasi atau satuan pendidikan. Pada pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi atau lembaga ke arah yang lebih baik, berkembang dan mampu mewujudkan visi dan misi yang telah disusun. Namun jika dalam pengambilan keputusan terjadi kesalahan, maka akan berdampak buruk bagi organisasi atau lembaga tersebut, sehingga dalam melakukan pengambilan keputusan harus berpedoman pada paradigma, prinsip dan 9 langkah dalam proses pengujian dan pengambilan keputusan.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Menurut saya perubahan tidak dapat dibangun secara singkat, namun ada proses yang harus dilalui dan dikerjakan agar terwujud. Perlu adanya sosialisasi dan komunikasi secara persuasif secara terus-menerus agar lingkungan yang masih menggunakan paradigma lama akan memiliki pemahaman baru dan mampu beradaptasi dengan adanya perubahan. Pengambilan keputusan atas adanya perubahan maka perlu dilakukan dari hal kecil agar menjadi kebiasaan dan budaya positif dalam lingkungan tersebut. Dengan berdasarkan pada visi dan misi serta tujuan sekolah, maka akan mencapai perubahan yang dapat diterima oleh lingkungan atau warga sekolah.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Menurut saya hal itu memiliki pengaruh, karena kita sebagai pemimpin pembelajaran tentunya sudah memahami pokok-pokok atas perubahan yang salah satunya pembelajaran berpihak pada murid, sehingga seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan pengambilan keputusan mampu memfasilitasi dan memerdekakan murid dalam proses pembelajaran di sekolah.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Menurut saya, sebagai seorang guru yang selalu memberikan bantuan pembelajaran dan pelayanan konseling kepada murid akan selalu memperhatikan rencana jangka panjang yang akan dihadapi seorang murid ketika terjun ke masyarakat, sehingga guru harus menjadi motivator, coach dan pengaruh yang baik kepada murid agar mampu beradaptasi dan memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang dapat diambil dari modul yang sudah saya pelajar ini dan kaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa sebagai guru yang merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan komunitas praktisi di lingkungan sekolah maka diharapkan mampu memiliki sikap among berdasarkan Pratap Triloka yang dapat membantu murid dalam tumbuh kembang dan menjadi modelling bagi lingkungannya. Selain itu, kemampuan guru dalam pengambilan keputusan didasari oleh kemampuannya dalam melaksanakan coaching, sehingga pengambilan keputusan yang diperoleh memberikan dampak positif bagi murid dan sekolah.

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Kep. Anambas Tahun 2022 SDN 003 Bukit Padi 

by. Edwin Kurniadi, S.Pd., Gr.